Senin, 04 Februari 2008

Heaven Silent for Half an Hour

HENING

(SILENCE)

1. Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah.

2. Berdiam dirilah dihadapan Tuhan dan nantikanlah Dia.

3. Berdiam dirilah dihadapan Tuhan Allah! Sebab hari Tuhan sudah dekat.

4. Tetapi Tuhan ada didalam baitNya yang kudus,berdiam dirilah dihadapanNya,ya segenap bumi! 5. Berdiam dirilah, hai segala makhluk,dihadapan Tuhan sebab Ia telah bangkit dari tempat kediamanNya yang kudus.

6. Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan,dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.

7. Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.

Ketujuh ayat Firman di atas sangat singkat, pendek dan indah, serta mudah diingat atau dihafalkan tetapi sungguh sungguh amat sukar untuk dijalankan. Hening, diam, berdiam diri, tinggal diam, tinggal tenang, jadilah tenang adalah perintah TUHAN dan ini adalah ajaran yang paling sulit yang diberikan-Nya bagi manusia. Pada tingkatan ini, ajaran yang paling sukar untuk melakukan sesuatu menjadi tenggelam tanpa arti jika dibandingkan dengan perintah untuk tidak melakuan apapun. Hening...Silence...

Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia. Saya mengerti mengapa Jerome menguraikan kebenaran ayat ini dengan:” Bertahanlah untuk tetap diam di hadapan Tuhan.” Allah menghendaki kita untuk mempercayai Dia dengan segenap hati dan jiwa kita, dan bagian dari kepercayaan itu adalah berdiam diri dan menanti waktu-Nya. Ada waktu untuk berbicara dan ada waktu berdiam diri.

Seorang pejabat tinggi dalam perjalanannya turun datang menemui seorang hamba Allah. “Urusan-urusan negara tidak mengijinkan saya mendengar uraian panjang lebar ,”katanya. “Apa saudara kira nya dapat merumuskan inti agama dalam satu dua kata bagi orang sibuk seperti saya?” Saya akan merumuskan itu dalam satu kata untuk memudahkan yang mulia.” “Bukan main! Kata luar biasa apa itu ?” “HENING” Dan jalan menuju keheningan?” MERENUNG” “Dan, boleh aku tanya, merenung itu apa?” “HENING”

Hening adalah menanti, diam adalah menanti , tenang adalah menanti juga. Hati yang tenang menyegarkan tubuh Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayabnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. Sebab beginilah firman Tuhan Allah Yang Mahakudus, Allah Israel: “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu,” Tetapi kamu enggan.

Suatu hari seorang murid mengeluh bahwa ia belum dapat mengalami keheningan yang begitu dianjurkan oleh sang guru. Kata sang guru ,”Hening itu hanya dirasa oleh orang yang giat bekerja.”

Kata sang guru kepada seorang pedagang: Seperti ikan mati di atas tanah kering, begitu juga engkau mati, bila engkau hidup terikat kepada dunia. Kau harus kembali kedalam air, engkau harus kembali ke alam sunyi.” Pedagang itu terperanjat’ “Apa aku harus meninggalkan niagaku dan masuk ke dalam biara?”. “Tidak, tidak. Teruskanlah niagamu, tetapi masuklah ke dalam keheningan hatimu.”

Theresa Of A’villa berkata : ”Tetaplah bertekun dalam keheningan dan engkau akan menemukan Dia di dalammu. {Settle yourself in solitude and you will come upon Him in youself} Kerajaan Allah ada di dalammu . The kingdom of God is within you. Kristus di dalammu pengharapan kemuliaan. Christ in you the hope of glory. All in me is silent and… I am immersed in the silence of God. Semua di dalamku hening… Aku tenggelam dalam keheningan Ilahi kata Catherine Doherty. I like the silence of the church before the service begins, better then any preaching. Seorang pernah berkata: Saya menyenangi keheningan gereja sebelum kebaktian dimulai lebih dari semua khotbah.

Pada kesempatan lain sang guru sedang mengajar murid-muridnya: “Setiap kata, setiap gambaran digunakan untuk Tuhan itu lebih berupa pemalsuan dari pada penjelasan.” “Lalu bagaimana orang berbicara tentang Tuhan.” “Dengan diam, hening.””Lalu mengapa tuan berbicara dengan kata-kata?” Disitu sang guru tertawa terbahak-bahak. Ia berkata,”Kalau aku berbicara, janganlah mendengar kata-katanya, saudaraku. Dengarlah keheningannya.”

Believe in the unsaid, for the silence of men is nearer to truth than their words. Percayailah pada apa yang tidak terkatakan, sebab kebisuan manusia lebih dekat kepada kebenaran dari pada perkataan.

Realitas seseorang itu bukan pada apa yang dibukakannya kepadamu, tetapi pada apa yang ditutupinya darimu. Karena itu jika kau ingin memahaminya, jangan dengarkan apa yang dikatakannya tetapi apa yang tidak dikatakannya.

Walau gelombang kata-kata selalu menyapu kita, namun kedalaman kita selalu senyap.

Spinx berkata hanya sekali, dan Spinx berkata,” Sebutir pasir adalah gurun, gurun adalah sebutir pasir; dan kini marilah kita membisu lagi.” Kudengar Spinx, tetapi tidak aku mengerti. Kahlil Gibran

Sewaktu mendengar sang guru mengidungkan ayat-ayat Mazmur dengan merdu, seorang ahli bahasa Ibrani sangat terpikat. Lalu ia berkata, "Saya mengetahui bahwa tak ada bahasa di bumi ini seindah bahasa Ibrani untuk mengungkapkan hal-hal ilahi.” “Jangan bodoh,” kata sang guru. “Bahasa yang ilahi bukan Ibrani. Bahasanya adalah keheningan.

Seorang pengkhotbah dipuji karena khotbahnya yang memikat. Tetapi ia mengakui kepada teman-temannya bahwa khotbahnya yang memikat itu tidak pernah berdampak seperti kata-kata sang guru yang sederhana. Setelah bersama sang guru selama seminggu, kini teman-temannya mengetahui dengan tepat alasannya. “Ketika ia berbicara, ”kata pengkhotbah itu, “ bicaranya bermuatan keheningan, sedangkan bicaraku bermuatan pemikiran.”

(Remember Sherlock Holmes’s famous observation? He had heard the absence of dogs barking. Now that’s listening.) Ingatkah anda dengan pengamatan Sherlock Holmes? Dia telah mendengar bahwa tidak ada anjing yang menggonggong. Itu adalah sungguh-sungguh mendengar.

Suatu kali banyak rombongan datang beramai-ramai menemui sang guru dan keheningan di biara itu menjadi berantakan. Ini membuat para murid marah. Tidak demikian sang guru, rupa-rupanya ia senang saja dengan keramaian dan keheningan. Kepada para murid yang tidak puas, ia suatu hari berkata,” Hening Itu bukan ketiadaan suara, melainkan ketiadaan diri manusia”.

Ketika ditanya bagaimana orang menemukan Keheningan, sang guru menceritakan kisah ini: Sebuah pabrik tertarik untuk membeli kulit katak. Seorang petani memberitahu bahwa ia dapat menyediakan kulit katak sampai 100.000 atau lebih, tergantung pada permintaan. Perusahaan itu mengirimkan balasan, “Kirimkan pesanan pertama sebanyak 50.000.” Dua minggu kemudian, selembar kulit katak dikirimkan melalui pos dengan catatan:” Dengan hormat. Saya mohon maaf. Hanya inilah kulit katak yang bisa saya peroleh. Saya telah tertipu oleh riuh rendahnya suara yang saya dengar.” Kemudian sang guru berkata,” Selidikilah suara yang dibuat orang-orang di sekitarmu. Kemudian amatilah suara yang kamu buat sendiri, maka kamu akan menemukan ketiadaan, kekosongan, dan keheningan.

Tuhan berbicara dalam keheningan

Keheningan sangat menolong kita untuk dapat mendengar suara Tuhan. Yang saya maksud dengan keheningan adalah keheningan batin.Tanpa keheningan batin, suara Kristus tidak akan terdengar. Bagi kebanyakan dari antara kita, keheningan batin ini sangat sulit dicapai. Buktikanlah dengan memejamkan mata anda untuk beberapa saat, dan perhatikanlah apa yang terjadi dalam diri anda. Mungkin anda akan dilanda oleh berbagai gelombang pikiran yang tidak dapat anda lawan- omong –omong, omong, Inilah yang biasanya disebut berpikir, saya berbicara dengan diri saya. Suara, suara, suara: suara batin saya sendiri berlomba-lomba dengan suara atau gambaran-gambaran dari orang lain, semua berebut perhatian. Lalu di tengah-tengah hiruk pikuk dan kebisingan ini, apakah Allah mempunyai kesempatan untuk memperdengarkan suaranya. Sebenarnya kita berbicara hanya kepada diri sendiri, tetapi kadang-kadang kita berbicara cukup keras sehingga orang-orang lain bisa mendengarkan kita. Bagaimana kita mendengarkan nyanyian padang bila telinga-telinga kita harus menelan gemuruh kota? Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Tuhan.

Keheningan lahiriah sangat menolong untuk sampai pada keheningan batin. Kalau anda tidak dapat diam ,kalau anda tidak dapat untuk tidak berbicara, bagaimana mungkin anda tahan dengan keheningan batin? Bagaimana anda dapat menutup mulut batin anda? Kemampuan anda untuk hening dapat menjadi tolok ukur yang baik untuk mengukur kedalaman hidup rohani anda, bahkan juga hidup intelektual dan emosi anda. Mungkin kalau anda tidak bicara, suara yang ada dalam diri anda akan kedengaran lebih keras, gangguan –gangguan akan bertambah banyak dan anda akan lebih sulit berdoa. Ini tidak disebabkan oleh keheningan, suara itu sudah ada sejak lama di sana. Keheningan hanya membuat anda menyadari suara itu dan memberi kesempatan kepada anda untuk menjinakkannya.

Allah sebenarnya ingin senantiasa berbicara dengan kita. Bila roh kita bebas dari bising suara kambing, lembu dan keledai dan suara binatang-binatang lain di dalam kita, niscaya kita akan mendengarkan suaranya. Bila hati kita bergejolak kalut, kita tidak mungkin mendengarkan jawaban Allah atas doa kita. Ada kalanya kita sudah cukup lama kita berdoa, tetapi kita tidak mendengar jawaban Allah, itu tidak lain karena dalam batin kita banyak dentuman petir, gempa bumi, taufan, dan ledakan-ledakan lainnya. Tetapi bila hati anda tenang dan masuk kedalam perhentian, jawaban Allah pun tibalah.

Dalam keheningan Allah berbicara dalam bisikan seperti bunyi angin sepoi sepoi basa. Seperti Allah berbicara kepada Elia di gunung Allah, yakni gunung Horeb ketika ia lari ketakutan dari ancaman ratu Izebel. Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian:” Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” Jawabnya: Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.” Lalu firman-Nya: “Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" ”Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada Tuhan dalam gempa itu. Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa ( a still small voice ). Sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi keluar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: “ Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” I Raja-Raja 19: 9-13.

Jesus hidup dalam keheningan batin. Solitary place is outward solitude, Jesus lived in inward solitude. Keheningan sebuah tempat adalah keheningan luar, tetapi Jesus hidup dalam keheningan yang di dalam, keheningan batin. Keheningan lebih merupakan keadaan jiwa dan hati daripada suasana tempat.

Tetapi khabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepadaNya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ketempat-tempat yang sunyi dan berdoa.

Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.

Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ ,dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ketempat yang sunyi.

Dan setelah orang banyak itu disuruhNya pulang ,Yesus naik keatas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian disitu.

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus,Yakobus dan Yohannes saudaranya,dan bersama sama dengan mereka Ia naik keatas sebuah gunung yang yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.

Pagi-pagi benar,waktu hari masih gelap,Ia bangun dan pergi keluar, Ia pergi ketempat yang sunyi dan berdoa di sana.

Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun yang sunyi untuk dicobai iblis dan berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam. Pada saat terakhir pelayanannya di bumi Ia bersama muridnya pergi ke taman Getsemani ditengah malam yang sunyi dan Ia berkata kepada murid-muridnya”Duduklah disini, sementara Aku pergi kesana untuk berdoa.

Yesus mengajarkan agar kita menutup pintu kalau kita mau berdoa. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah kedalam kamarmu,tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Pasti maksudnya bukan agar kita menutup pintu hati kita terhadap dunia, karena yang hidup dalam dunia itulah yang kita bawa dalam doa kita. Tetapi pintu harus tertutup rapat,agar dunia yang riuh tidak masuk dan mengaburkan suara Allah, khususnya pada tahap–tahap awal, kalau belum mudah bagi kita untuk memusatkan perhatian.

Seorang pemula dalam doa memerlukan konsentrasi sama seperti seorang pemula dalam bidang matematika,yang tidak akan mampu mengerjakan soal yang sulit kalau suasana ramai disekitarnya. Akan tetapi akan tiba waktunya seorang yang belajar berdoa, sepertinya seorang yang belajar matematika, akan terkuasai oleh soalnya, sehingga suara apapun tidak akan mampu mengalihkan perhatian nya dari soal yang dihadapinya. Namun pada tahap awal, baiklah orang bersikap rendah hati dan mengakui bahwa ia membutuhkan ketenangan dan keheningan.

Ketika bruder Bruno pada suatu malam sedang berdoa, ia diganggu oleh koak seekor katak besar. Semua usahanya untuk mengabaikan suara itu tidak berhasil, maka ia berteriak dari jendela:”Diam Aku sedang berdoa.”` Bruder Bruno itu seorang santo, maka setiap perintahnya segera dipatuhi. Setiap mahkluk hidup menahan suaranya untuk menciptakan suasana diam tenang yang menolong untuk berdoa. Tetapi kini suara lain mengganggu ibadah sang bruder, suara dari dalam yang berkata:”Mungkin Tuhan sama senangnya dengan koakan katak tadi dari pada nyanyian mazmur-mazmur.”” Apa yang dapat berkenan pada Tuhan dari pada teriakan katak?” Itu tanggapan Bruno menghina. Tetapi suara mendesak dari dalam tidak mau diam berkata:”Mengapa kamu pikir bahwa Tuhan Menciptakan suara katak?” Bruno memutuskan mau menemukan apa sebabnya. Ia mengeluarkan tubuhnya dari jendela dan memerintahkan: Nyanyi!” Katak besar itu mengoak berirama memenuhi alam, diiringi oleh suara suara main-main katak di sekitarnya. Dan ketika Bruno mendengarkan suara itu dengan penuh perhatian, koakan katak tidak lagi menganggu karena ia menemukan bahwa kalau ia berhenti menolak, suara suara itu memperkaya keheningan malam. Dengan penemuan ini hati Bruno menjadi selaras dengan alam semesta, untuk pertama kali dalam hidupnya ia mengerti apa itu artinya berdoa.

SORGA HENING SETENGAH JAM

Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya. Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri dihadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala. Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga katanya: “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya. Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga dan kelihatanlah tabut perjannjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.

Langit menceritakan kamuliaan Allah ,dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya, hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar, tetapi gema mereka terpancar keseluruh dunia dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk berdiam diri ada waktu untuk berbicara. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

Sorga hening, tenang, diam setengah jam! Ini sungguh suatu berita yang luar biasa. Dapatkah anda membayangkannya. Setiap malaikat kudusNya termasuk Kerubim, Serapim, Mikhael dan Gabriel, dan segala orang kudusnya yang berpakaian linen halus berkilauan serta para tua-tua dan segala mahkluk diam, tenang dan hening selama setengah jam dalam ketabjuban, hormat dan takut akan Allah. Tidak ada suara sama sekali selama tigapuluh menit. Kalau satu hari bagi Allah seperti seribu tahun berarti ada masa diam dua puluh tahun lebih, tetapi saya tahu pasti bukan itu maksud hening di sana.

Serapim yang setiap saat siang dan malam dua puluh empat jam sehari berseru :”Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, seluruh bumi penuh kemuliaan Tuhan” harus diam, hening, tenang selama setengah jam. Sorga yang penuh pujian dan penyembahan nyanyian dan musik siang dan malam tiada henti kini harus berhenti sejenak dalam diam kudus.

Diam, tenang dan heningnya suatu tempat bukanlah keheningan yang dimaksudkan Roh. Keheningan di sini adalah keheningan dari jiwa, tenangnya pikiran, diamnya perasaan dan kehendak manusia. Ini adalah sorga diantara kedua telinga kita. Ini adalah keheningan hati, ketenangan batin. Inilah sorga di mana tiada kata terucap atau pikiran berbicara ketika sangkakala ketujuh bergema. Ketika kita diam Allah berbicara, ketika kita berbicara Allah diam.

Seperti permukaan danau yang tenang baru dapat memantulkan pemandangan yang indah seperti gunung-gunung dan bukit-bukit. Allah menantikan kesempatan untuk berbicara kepada kita di dalam batin, kalau kita menenangkan diri, niscaya kita akan mendengar suaraNya. Pekerjaan Roh Kudus di batin kita seperti seperti gerakan minyak pengurapan yang begitu lembut yang mengalir ke kepala Harun, turun ke dagu, kejanggut dan kejubah imam besar. Hanya orang yang tenang baru dapat menjamah perasaan lembut dan mendengar suara yang halus itu. Sebab ia tidak seperti suara tetapi juga seperti suara; tidak seperti perasaan, tetapi juga seperti perasaan.

Bila hari sudah larut malam dan sunyi senyap, maka stomata, pori,pori setiap daun dan bunga akan membuka lebar, dan itulah saatnya mereka menerima butir-butir embun. Demikian pula dengan butir-butir embun rohani.Kalau kita menantikan dengan tenang di hadapan Allah, kita akan beroleh tetesan bening embun tersebut dan suatu dirisan. Kita tidak akan mendapat apa-apa jika kita tergesa-gesa. Menanti dengan tenang baru memungkinkan kita tergenang dalam penyertaan Tuhan. .Mutiara-mutira embun tidak akan jadi jika angin bertiup kencang atau udara panas dan pengap. Kecuali cuaca tenang, suhu menurun, barulah mutiara-mutiara embun terjadi di atas daun-daun dan bunga-bunga. Demikian juga, kecuali suhu kita menurun, roh kita tenang, barulah embun Allah turun membasahi kita.

Bayangkan anda melemparkan sebutir kerikil kedalam kolam yang tenang dan perhatikanlah riak-riaknya. Lalu beberapa saat setelah riak-riak mulai surut, lemparkan lagi kerikil lainnya. Itulah gambaran yang tepat ketika anda memasuki medan keheningan sejati. Dalam keheningan, kesunyatan, keinginan yang paling kaburpun dapat mengoyak dasar kesadaran semesta, yang menghubungkan segalanya dengan segala yang lain, Tapi, jika anda tidak mengalami keheningan dalam kesadaran, jika pikiran anda seperti gejolak gelombang samudra, lemparan kerikil sebesar Tugu Monas pun riak-riaknya tak tertangkap oleh pengamatan. Itulah sebabnya pemazmur berbisik, “Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Tuhan. Aku adalah Aku. I am that I am.

Mempraktekkan keheningan berarti menyatakan suatu komitmen untuk meluangkan waktu beberapa saat menjadi Ada. Menjalani keheningan berarti secara periodik menarik diri dari tindak bicara. Ini juga berarti secara periodik menarik diri dari aktifitas lainnya seperti menonton telivisi, mendegar radio, atau membaca buku. Jika anda tidak menyerahkan diri ke alam keheningan, maka akan menyebabkan pergolakan dalam dialog internal pikiran anda, itulah peperangan sorgawi.

Sisihkan sedikit waktu setiap saat untuk menjalani keheningan. Atau singkatnya ambilah komitmen untuk mempertahankan keheningan beberapa saat lamanya setiap hari secara periodik. Anda bisa mengerjakannya selama setengah jam, dan setelah anda terbiasa tambahkan menjadi sejam, dua jam, tiga jam, sehari penuh dan seterusnya. Apa yang terjadi saat anda lebur dengan keheningan? Pada awalnya dialog internal anda semakin bergolak. Tejadi peperangan di sorga. Anda merasakan adanya suatu dorongan untuk mengatakan sesuatu. Saya telah menemukan orang-orang yang merasa seperti mau gila dibuatnya pada hari pertama atau kedua ketika mereka menjalani komitmennya untuk mengembangkan periode keheningan ini. Perasaan urgensi dan keterasingan tiba-tiba menyergap mereka. Tetapi begitu mereka terus mempertahankan proses ini, maka dialog internalnya, peperangan di sorga semakin surut, dan segera keheningan menjadi amat dalam. Ini karena beberapa saat akal pikiran pasrah, pikiran mulai menyadari bahwa tidak ada pikiran yang melantur kesana kemari jika anda – sang Diri, roh, hati, batin, si pengambil keputusan – tidak ingin bicara, titik! Maka begitu peperangan rohani di sorga atau dialog dialog internal semakin menyurut, anda mulai mengalami keheningan, kesunyatan.

Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat, malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar, si ular tua itu, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah,ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikatnya-malaikatnya.

Di sorga ada peperangan? Di sorga ada musuh? Sorga ternyata tidak aman seperti yang ditawarkan oleh hampir semua pendetata dan gereja. Di sini ada berbagai tingkat sorga dan Paulus telah melewati semuanya dan ia dibawa kesorga yang ketiga. Kristus telah melewati semua surga dan kita telah disatukan dengan Kristus melampaui semua tingkat-tingkat sorga. Sorga di sini adalah perkataan jamak, plural atau rangkap. Jadi sebenarnya dari bahasa aslinya, ouranus,artinya elevation, peninggian, heavens adalah sorga-sorga.

Seperti tabernakel di padang gurun yang terdiri dari halaman luar yang mewakili tubuh kita adalah gambaran sorga tingkat pertama. Halaman luar sangat sibuk, riuh dan banyak pekerjaan dan keringat di sini, tetapi banyak orang yang merasa inilah sorga bagi mereka. Ruang kudus adalah lebih tenang yaitu gambaran jiwa kita sebagai sorga kedua. Tidak sembarangan orang boleh masuk kesini, hanya imam anak Harun. Di sini juga masih banyak tugas dan pekerjaan serta kesibukan yang harus dilakukan sebelum kita sampai ketempat maha kudus yaitu gambaran hati, batin atau roh kita yang mewakili sorga ketiga. Di tempat maha kudus tidak ada suara, tiada kata, semua hening tenang, dan diam. Hanya imam besar yang dapat masuk kesini itupun sekali setahun. Tidak diijinkan ada keringat masuk keruang maha kudus yang melambangkan segala usaha manusia.

Ada contoh yang indah sekali tentang hal ini di dalam Alkitab. Anda tentu ingat bahwa Marta sedang melakukan sesuatu yang sangat baik, akan tetapi tetap saja Tuhan menegurnya.! Mengapa? Karena apa yang sedang dikerjakannya, dikerjakan dengan kekuatan sendiri. Marta tidak mengikuti gerakan Roh yang lembut yang ada di dalamnya. Kita harus menyadari bahwa jiwa manusia secara alami adalah resah dan penuh gejolak seperti gelombang lautan. Jiwa kita hanya mampu mencapai sesuatu di dalam jumlah yang amat kecil, sekalipun ia berpenampilan sibuk. Bukan gagah dan kuatmu tetapi oleh Roh-Ku kata Tuhan. Yesus berkata kepada Marta ,”Engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik , yang tidak akan diambil dari padanya. Dan apakah yang telah dipilih oleh Maria ? Ia telah memilih untuk memasuki perhentian dan ketenangan pada kaki Yesus. Maria telah berhenti hidup, agar supaya Kristuslah yang menjadi hidupnya ! Hal ini memberikan sorotan betapa perlunya kita menyangkal diri sendiri dan seluruh aktifitas kita, untuk dapat mengikuti Kristus. Apa bila kita tidak dipimpin Roh-Nya maka kita tidak akan dapat mengikutinya. Apabila hidupNya tiba, maka hidupku berakhir sudah. Paulus berkata,”Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan menjadi satu roh dengan Dia.” Daud pernah berkata betapa baiknya untuk mendekat kepada Tuhan dan menaruh pengharapannya di dalam dia. Daud kemudian berkata hanya dekat Allah saja aku tenang. Apakah yang dimaksudkannya dengan mendekat pada Allah? Mendekat pada Allah itu sesungguhnya adalah permulaan daripada menyatunya kita dengan Allah.

Dalam doa hening, doa tanpa kata-kata, tanpa suara, jiwa kita mengikuti Roh di dalam keharmonisan yang sempurna. Akhirnya kita akan dibawa kepada pengalaman yang terdalam dengan Allah pengalaman Kristiani yang hakiki yaitu menyatu dengan Allah. Paulus mengalami hal ini. Bahkan ia berkata kita tidak tahu apa yang harus didoakan. Ia menunjukkan kebodohan kita bahkan di dalam hal-hal yang kita doakan sekalipun. Ia menyatakan bahwa Roh-lah yang harus berdoa,” Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhaan yang tidak terucapkan. “ Hal ini cukup jelas: kita tidak tahu apa yang kita butuhkan! Kita tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa bagi hal hal yang kita butuhkan. Bahkan kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa. Ah, akan tetapi Roh yang berdiam di dalam kita tahu bagaimana seharusnya berdoa. Kita tidak dapat selalu yakin akan doa kita sendiri, akan tetapi, oh, Roh itu selalu mengerti dan mendengarkan apabila Ia berdoa. Yesus berkata kepada bapaNya.” Aku tahu bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku.” Inilah sebuah kepastian! Dengarlah kata Paulus, seorang yang ahli di dalam hal-hal yang rahasia dan kehidupan yang tersembubyi di dalam, ”Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Mengapakah kita melelahkan diri sendiri dengan demikian banyak aktifitas dan tidak pernah memasuki perhentian Allah? Roh itu hanya mencari apa yang merupakan kehendak Allah! Inilah Dia yang sepenuh-penuhnya meninggalkan diriNya sendiri di dalam seluruh kehendak Allah. Roh mengucapkan di dalam doa hanya apa yang menjadi kehendak Allah. Kehendak Allah adalah supaya kita menjadi sempurna.

Seorang tua berjam-jam duduk tak bergerak dalam gedung gereja. Setelah beberapa jam imam bertanya, Tuhan berbicara tentang apa ? “ Tuhan tidak bicara. Ia mendengarkan.” Jawabnya. “ Nah, apa yang kau bicarakan dengan Dia ?” tanya imam. Aku juga tidak bicara. Aku hanya mendengar.” Jawabnya.

Empat tahap dalam doa: Aku bicara, engkau mendengarkan.

Engkau bicara, aku mendengarkan.

Tak ada yang bicara, keduanya mendengarkan.

Tak ada yang bicara, tak ada yang mendengarkan: HENING……

DOA HENING KELILING KOTA

Ada sebuah contoh lagi dari Perjanjian Lama tentang doa hening keliling kota Jerikho. Tetapi Yosua telah memerintahkan kepada bangsa itu ,demikian :”Janganlah bersorak dan janganlah perdengarkan suaramu,sepatah katapun janganlah keluar dari mulutmu sampai pada hari aku mengatakan kepadamu: Bersoraklah! -maka kamu harus bersorak. Enam hari lamanya bangsa Israel mengelilingi kota Jerikho dengan diam, tenang dan hening. Hari ketujuh mereka mengelilinginya bahkan tujuh kali dengan tanpa kata dan tanpa suara kecuali sangkakala yang ditiup imam yang melambangkan pesan Allah. Lalu pada ketujuh kalinya, ketika para imam meniup sangkakala ,berkatalah Josua kepada bangsa itu :”Bersoraklah, sebab Tuhan telah menyerahkan kota ini kepadamu.” Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup, segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring .Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk kedalam kota, masing-masing langsung kedepan, dan merebut kota itu.

Kisah Israel mengalahkan Jerikho adalah penjelasan dan penyingkapan kebenaran kitab Wahyu tentang Sorga hening, sunyi senyap selama setengah jam selama utusan atau malaikat Allah mendengar terompet yaitu berita atau pesan Allah pertama sampai ketujuh. Tujuh artinya selesai atau sempurna. Kemudian duta-duta Allah menggemakan sangkakala yang mereka dengar semuanya sampai kesudahannya barulah bait suci Allah yang di sorga terbuka dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat. Genaplah firman Allah yang berkata:”Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja,melainkan langit juga. Ungkapan “Satu kali lagi” menunjukkan perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepadaNya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.

Berikut ini kutipan Anthony De Mello dari buku Thomas Merton dalam bukunya Renungan Tentang Keheningan. {In Thought of Solitude} Salah satunya adalah perkataan Ishak dari Niniwe,seorang imam dari Siria. Yang ia katakan benar untuk seorang rahib yang hidup sendirian di padang gurun dan juga bagi seorang rasul yang hidup di tengah kota modern. Ia berkata ,”Banyak orang yang terus- menerus mencari, tetapi hanya orang yang terus menerus tinggal dalam keheningan yang menemukan….Orang yang senang banyak kata-kata, kalau ia mengatakanhal-hal yang mengagumkan, adalah kosong di dalam. Kalau anda mencintai kebenaran, jadilah pecinta keheningan. Keheningan seperti halnya sinar matahari akan menerangi anda menuju Allah dan membebaskan anda dari bayang-bayang kebodohan. Keheningan akan menyatukan anda dengan Allah sendiri. Cintailah keheningan lebih dari pada segala sesuatu: keheningan menghasilkan buah yang tidak dapat diterangkan oleh lidah.

Pada permulaan kita harus memaksa diri untuk hening. Tetapi kemudian lahirlah sesuatu yang menarik kita menuju keheningan. Semoga Allah memberikan kepada anda pengalaman akan “sesuatu” yang lahir dari keheningan ini. Seandainya anda melakukan hal ini sesuatu sinar yang tak terkatakan akan merekah bagi anda….sesudah beberapa waktu rasa manis tertentu akan muncul di tengah-tengah usaha ini dan tubuh dipaksa untuk tinggal dalam keheningan. Setiap kata dalam kalimat-kalimat itu pantas untuk direnungkan: kata-kata itu akan bergema kuat dalam hati setiap orang yang pernah mengalami kekayaan yang terdapat dalam keheningan.

Kutipan lain diambil dari seorang bapa padang gurun bernama Ammonas, seorang murid santo Antonius: ”Lihatlah, anakku yang terkasih, saya sudah menunjukkan kepadamu kekuatan keheningan. Kekuatan itu memberikan kesembuhan yang utuh dan sepenuhnya berkenan kepada Allah. Itulah sebabnya saya telah menulis kepadamu dan meminta agar kamu menunjukkan diri teguh dalam usaha yang telah kamu pilih, supaya dalam keheningan kuasa Allah tinggal dalam dirimu; karena keheningan rahasia-rahasia Allah terbuka bagimu.

Atas dasar pengalamannya Ishak dari Niniwe berkata, ”Pada permulaan kita harus memaksa diri kita untuk diam. Pada mulanya diam bukanlah sesuatu yang mudah bagi kita. Kalau kita mencoba mempertahankannya, kita merasakan adanya daya tolak di dalam diri kita”. Dalam bukunya yang berjudul Mysticism, Evelyn Underhill menuliskan bagaimana mengalahkan hambatan-hambatan ini:” Diri belum terbiasa dengan hamparan keheningan yang aneh, yang dengan begitu cepat menjadi akrab dengan orang-orang yang mencobanya, bahkan dengan usaha hidup meditatif, kontemplatif yang paling kecil, kalau diri dibebaskan dari aliran arus, suara dunia tidak terdengar dan petualangan rohani yang hebatpun akan kita mulai.

Sungguh suatu petualangan. Kita akan menemukan hal-hal yang menakjubkan, kalau kita sudah melewati beratnya tahap awal yang membosankan dan kecemasan yang diakibatkan oleh keheningan.Kita akan mengalami bahwa keheningan yang gelap sebenarnya penuh dengan cahaya dan nyanyian surgawi; bahwa yang pada mulanya terasa kosong dan hampa, sebenarnya dipenuhi oleh kehadiran Tuhan. Suatu kehadiran yang tidak mungkin digambarkan,namun diungkapkan secara sangat menarik oleh Simone Weil ketika ia mencoba mencoba menceritakan pengalamannya mendoakan doa doa yang diajarkan Yesus:” Kadang-kadang kata kata pertama mengangkat pikiran saya lepas dari tubuh dan membawanya keluar dari ruang dan waktu yang tidak mempunyai perspektif maupun titik pandang…..Pada saat yang sama, keheningan menyelimuti yang tak terhingga dari segala ketidak terbatasan. Keheningan tidak berarti tidak adanya suara melainkan yang menimbulkan rasa takjub, yang lebih meyakinkan dari suara. Suara, kalaupun ada hanya dapat mencapai saya setelah menyebrangi keheningan.”

Sesudah mendengar kata-kata ini,saya kira kita semua tidak perlu saya anjurkan untuk masuk ke dalam keheningan yang dalam pada hari-hari ini; karena kita sebenarnya tidak akan memperoleh lagi kesempatan yang begitu mulia selain hari ini, karena hari kemarin dan hari esok bukan milik kita. Kita hanya punya hari ini yang kekal. Berdiam dirilah, hai segala mahkluk, di hadapan Tuhan, sebab Ia telah bangkit dari tempat kediamanNya yang kudus.

Bodhidarma dipilih sebagai pemimpin zen pertama. Ialah yang membawa pencerahan dari India pada abad ke 6.Ketika ia memutuskan untuk kembali, ia menumpulkan murid-muridnya di Cina, supaya ia dapat menunjuk salah satu untuk menggantikannya. Untuk megetahui kemampuan mereka, ia menguji mereka masing-masing dengan pertanyaan berikut:”Apakah kebenaran itu? Ini seperti pertanyaan Pilatus kepada Kepada Yesus. What is truth? Tetapi Pilatus tidak mau menunggu jawabannya atau bahkan dia tidak peduli terhadap jawabannya, karena hal itu akan mengganggu nurani dan tidurnya.

Dofoku berkata, ”Kebenaran adalah apa yang ada di balik pengakuan dan penyangkalan.

Budha berkata, ”Engkau adalah kulitku.”

Soji berkata, ”Itu seperti pandangan Anand Budhaland – cahaya dalam kilatan, sekali waktu untuk selamanya .” Budha berkata, ”Kau adalah dagingku.”

Doiku berkata, ”Empat unsur alam: angin, air bumi dan api adalah kosong.”

Budha berkata, ”Kau adalah tulangku.”

Akhirnya sang guru memandang Eka yang tertunduk, dan tetap diam.

Budha berkata, ”Engkau memiliki sumsumku.”

(Silence can sometimes the most eloquent reply) Diam suatu saat bisa menjadi jawaban terindah.

(Believe in the unsaid, for the silence of men is nearer to truth than their words) Percayalah kepada apa yang tidak dikatakan, sebab diamnya seseorang lebih dekat dengan kebenaran daripada kata-kata.

Suatu hari para murid terlibat gencar dalam debat mencari sebab mengapa manusia menderita. Ada yang menyebutnya cinta diri. Yang lain berkata, itu berasal dari rayuan khayal. Yang lain lagi berkata, karena orang tidak dapat membedakan yang benar dan yang semu. Ketika sang guru ditanya, ia mennjawab “semua penderitaan disebabkan oleh ketidak mampuan manusia untuk duduk diam seorang diri.”

Para murid tenggelam dalam pembicaraan tentang ucapan Lao Tze: Yang mengerti tidak mengatakannya, yang mengatakannya tidak mengerti. (He who knows does not speak. He who speak does not know.) Ketika sang guru masuk, mereka bertanya apa arti kata-kata itu. Kata sang guru,”Siapa dari kamu mengerti harumnya mawar?” Semua mereka mengerti. Lalu ia berkata,”Uraikan itu dengan kata-kata.” Semua mereka diam.

Berdiam dirilah dihadapan Tuhan dan nantikanlah Dia. Berdiam dirilah di hadapan Tuhan Allah! Sebab hari Tuhan sudah dekat. Tetapi Tuhan ada di dalam baitnya yang kudus, berdiam dirilah dihadapanNya, ya segenap bumi! Pemazmur memberikan sebuah gambaran yang indah mengenai seorang yang berdiam diri di hadapan Tuhan yang digambarkan dengan seorang anak yang disapih.

Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong;

Aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku;

Seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya! Maz.131

Mazmur ini sangat berarti bagi saya. Ia berbicara kepada saya mengenai kerendahan hati, kesederhanaan, dan keyakinan. Penulisnya, Daud, mengambil tanggung jawab untuk mendiamkan dirinya di hadapan Tuhan. Ia dapat tenang karena ia tidak terus menerus disibukkan dengan melindungi kesombongannya. Ia tidak khawatir mengenai hal-hal yang tidak dipahaminya. Ia hanya datang kepada Tuhannya dan berdiam diri dalam hadiratNya.

Charles Spurgeon memberikan komentar:

Mazmur ini merupakan salah satu yang terpendek untuk dibaca setelah mazmur 117, tetapi salah satu yang terpanjang untuk dipelajari. Mazmur ini berbicara mengenai seorang anak bayi, tetapi berisikan pengalaman seorang dewasa di dalam Kristus. Sikap merendah dan kerendahan hati di sini dapat dilihat dalam hubungannya dengan hati yang disucikan, kehendak yang ditundukkan pada pikiran Allah, dan suatu pengharapan yang hanya melihat kepada Tuhan saja. Berbahagialah orang yang tanpa kekeliruan dapat menggunakan perkataan ini sebagai miliknya sendiri; karena ia menunjukkan keserupaan dengan Tuhannya yang berkata,” Aku ini lemah lembut dan rendah hati.”

Adalah menyegarkan untuk belajar dari Elaine Cook seorang nenek berusia 70 tahun dari Canada yang melayani puluhan tahun diantara orang Eskimo ketika ia bertanya kepada Allah dalam doanya pada bulan Mei 1994 bagaimana untuk dapat menyembah Dia dengan cara yang berkenan di hatiNya. Dan dengan penuh sukacita ia menerima firman seperti yang dituliskan di bawah ini:

Saat engkau menerima segala situasi dimana engkau sedang berada tanpa sungut-sungut, sebenarnya engkau sedang menyembah Aku! Saat engkau dapat bersukacita akan Aku di tengah-tengah kelemahanmu, sungguh, sebenarnya engkau sedang menyembah Aku.

Saat bibirmu diam tanpa keluh karena kepedihanmu, dan engkau mengangkat hatimu kepadaKu, sungguh Aku merasakan penyembahanmu! Saat engkau berkata “ aku tidak dapat- tolonglah aku Tuhan!” maka Aku sudah engkau sembah.

Saat Aku memberikan tekanan-tekanan yang harus kau tanggung yang sebenarnya adalah untuk menampikan sifat ke-emas-anKu dan engkau menanggungnya dengan setia tanpa menyalahkan Aku, juga tidak menyalahkan orang lain, bahkan tidak menyalahkan dirimu sendiri, sebenarnya engkau sungguh-sungguh sedang menyembah Aku!

Saat engkau dapat mengampuni dirimu sendiri akan kelemahan-kalemahanmu dan berhenti mengharapkan kemampuan lahiriahmu untuk menyempurnakanmu, sebenarnya engkau sedang menyembah Aku!

Saat engkau telah sampai pada suatu keadaan dimana engkau menerima dan mengakui bahwa ‘dari diriku sendiri’ aku tidak dapat berbuat apa-apa, sesungguhnya Aku telah menerima pujian darimu!

Saat engkau melihat akan kehidupan yang sia-sia dan setuju bahwa Aku dapat membuat orang ini pulih seluruhnya bahkan sampai pada perkara yang paling kecil sekalipun dan memang itulah keinginanKu, maka engkau sudah menghadiahkan padaKu penyembahan yang sesungguhnya, sebab engkau telah melihat sifat dan keberadaanKu!

Saat engkau melihat alam ciptaanKu dan melihat keindahan yang terkandung di dalamnya dan memuliakan Aku, maka engkau sebenarnya telah meyembah Aku!

Saat engkau mendengar perkataanKu di dalammu berkata, ”inilah jalannya, berjalanlah di dalamnya,” dan engkau mematuhi perkataanKu dengan hati gembira, sungguh aku merasakan penyembahan darimu!

Saat engkau melihat penderitaan, kegelisahan dan keputusasaan seseorang dengan penuh perasaan kasih, sesungguhnya Aku telah engkau sembah!

Saat engkau mengenal tubuhKu dan menghargainya sebagai saudaraKu, ini adalah suatu penyembahan yang sejati bagiKu

Penyembahan sesungguhnya adalah sikap hati pada setiap saat disetiap tempat dan didalam segala situasi dimana engkau sedang berada. Itu adalah pengakuan akan ketuhananKu, mengenal akan kebenaran dari keberadaanKu, pengakuan akan kebenaran firmanKu, mengenal akan realitas kehadiranKu di dalammu. Engkau dapat menyembah AKU di setiap waktu dan di setiap keadaan dengan cara menjaga hatimu benar terhadap AKU dan terhadap sesamu.

KONTEMPLASI

Ketika guru mengajak gubernur melakukan meditasi dan gubernur berkata, bahwa ia terlalu sibuk, inilah jawaban yang diperolehnya: “ Engkau mengingatkan aku akan seorang berjalan tertutup matanya masuk hutan – dan terlalu sibuk, untuk melepaskan penutup matanya.”

Ketika gubernur mengajukan alasan ia tidak punya waktu, guru berkata: “ Orang salah berpikir, bahwa meditasi tidak bisa dilakukan karena tidak punya waktu, penyebab sesungguhnya adalah kericuhan dalam pemikiran.”

Sang guru sering berkata, hanya Keheningan membawa perubahan pribadi. Tetapi tidak ada orang yang dapat memaksa dia untuk mendefinisikan Keheningan itu apa. Bila ditanya , ia ketawa dan meletakkan jari telunjuknya pada bibir ketat tertutup. Hal itu menambah kebingungan para murid saja.

Pada suatu hari nampak ada terobosan, ketika orang bertanya. Dan bagaimana orang sampai pada Keheningan yang diagungkan itu?” Sang guru menyatakan sesuatu yang begitu sederhana, hingga para muridnya mempelajari wajahnya mencari tanda, apa mungkin ia bercanda.

Ternyata tidak. Ia berkata: “Dimanapun engkau berada, lihatlah, bila nampak tidak ada yang perlu dilihat; dengarlah, bila semua rupa-rupanya diam.

Beberapa murid sedang berdarmawisata mendaki gunung bersalju. Dimana-mana hening. Mereka ingin tahu kalau-kalau ada suara-suara pada malam hari. Mereka memencet tombol REKAMAN pada tape-recorder, meninggalkannya dimuka tenda mereka dan pergi tidur. Setibanya di padepokan, mereka memutar kembali tape itu. Tidak ada suara sama sekali, sunyi semata.

Sang guru, yang turut mendengarkan tape itu, menyela, “Apakah kamu tidak mendengarnya?” “ Mendengar apa ?” “Harmoni semesta galaksi yang sedang bergerak,” kata sang guru. Para murid saling berpandangan , takjub.

Murid: “ Aku ingin bersatu dengan Tuhan di dalam doa.”

Guru: “ Yang kau inginkan itu mustahil

Murid: “ Mengapa?” “Why?”

Guru: “ Karena di mana engkau ada, Tuhan tidak ada; di mana Tuhan ada, engkau tidak ada.

Murid: “ Lalu bagaimana saya dapat bertemu dengan Tuhan?”

Guru: “ Carilah kesunyian. Jika engkau bersama dengan orang lain, engkau tidak sunyi. Jika engkau

bersama dengan Tuhan, engkau tidak sunyi. Satu-satunya jalan untuk sungguh bersatu

dengan Tuhan adalah sunyi sama sekali. Di situ moga-moga, Tuhan akan ada dan engkau

tidak ada.”

Kata sang guru: “Ketika engkau dalam kandungan, engkau diam dan hening. Kemudian engkau lahir dan mulai bicara, bicara, bicara sampai hari engkau terbaring dalam kuburan.

Saat itulah engkau akan diam dan hening lagi. Tangkaplah keheningan yang ada dalam kandungan dan yang ada dalam kuburan dan yang bahkan sedang mendasari interval bunyi yang disebut hidup.. Keheningan itulah esensi dirimu yang paling dalam.”

Saya menjalani hidup ini sebagai seorang yang mengadakan perjalanan menuju kekekalan, seorang yang diciptakan menurut gambar Allah, tetapi gambar itu telah hilang kemuliaannya hingga saya perlu belajar cara berdiam diri, hening, beribadah dan berpikir kata Donald Coggan, Uskup Agung Canterbury. A man of understanding prefers silence. Orang bijaksana lebih menyukai keheningan.

Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah……. BE STILL AND KNOW THAT I AM GOD……..

Saya berhenti disini, permisi sejenak, untuk hening setengah jam……………. sebelum menulis kebenaran hari ketujuh yaitu hari perhentian,…….hening,…… nyepi …….Silence.…..Rest…….. Sabat

Bumbunan Sitorus, Ptk. Agustus 2000

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda